TIONGKOK -- Agaknya, Tiongkok sebagai raksasa di bidang ekonomi mulai diakui. Nyatanya, berdasarkan hasil penelitian menyebutkan kalau Tiongkok lebih bisa menarik investor asing. Dan negara yang dijadikan sebagai pembanding tidak tanggung-tanggung pula, yakni Amerika Serikat (AS). Dan hal itu bisa terjadi lima tahun mendatang. Itulah hasil penelitian tentang aliran modal dunia di masa depan.
Berdasar hasil penelitian itu, Tiongkok akan menjadi salah satu negara yang sangat berpengaruh. Utamanya untuk bidang Teknologi Informasi dan Telekomunikasi, produk industri, dan pertambangan. Penelitian itu dilakukan oleh KPMG International, yang merupakan perusahaan pajak internasional yang berpusat di Swiss. Dan penelitian tersebut dilakukan perusahaan itu di 300 perusahaan multinasional dan perusahaan investasi di 15 negara.
"Berdasarkan hasil survey yang kami lakukan, banyak perusahaan investor yang ingin menguasai perekonomian global. Dan diketahui kalau AS tidak mempunyai keseimbangan dalam investasi global," kata Sue Bonney, Kepala bagian pajak KPMG wilayah Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. Selain itu, sekitar 51 perusahaan investor tadi melakukan survey di berbagai negara, termasuk Tiongkok.
Mereka juga memperkirakan AS tidak lagi mendominasi bidang pertambangan, produksi industri, dan IT-- Telekomunikasi. Lantas, dengan bergesernya AS dari bidang-bidang itu, akan mengantarkan Tiongkok sebagai penguasa. Hal itu, nantinya akan menyebabkan pergeseran tren berinvestasi dari AS, Jepang, Singapura, dan Uni Emirat Arab beralih ke Brazil, Rusia, India, dan Tiongkok, yang juga disebut negara BRIC, yakni Brazil, Rusia, India, dan China (Tiongkok).
"Perekonomian yang berkembang di negara-negara BRIC bisa menjadi alternatif baru untuk berinvestasi. Menurut perhitungan kasar, telah terjadi keseimbangan perekonomian di Amerika, Eropa, dan Asia � Pasifik. Hal ini akan benar-benar mengawali terjadinya permainan perekonomian baru secara global," imbuh Sue.
Selain itu, awal Maret lalu, sebuah perusahaan, yakni PricewaterhouseCoopers LLP, berani mengklaim bahwa pada 2025, Tiongkok akan menjadi negara terkuat secara ekonomi. (Chinadaily/dia) fajar online
Berdasar hasil penelitian itu, Tiongkok akan menjadi salah satu negara yang sangat berpengaruh. Utamanya untuk bidang Teknologi Informasi dan Telekomunikasi, produk industri, dan pertambangan. Penelitian itu dilakukan oleh KPMG International, yang merupakan perusahaan pajak internasional yang berpusat di Swiss. Dan penelitian tersebut dilakukan perusahaan itu di 300 perusahaan multinasional dan perusahaan investasi di 15 negara.
"Berdasarkan hasil survey yang kami lakukan, banyak perusahaan investor yang ingin menguasai perekonomian global. Dan diketahui kalau AS tidak mempunyai keseimbangan dalam investasi global," kata Sue Bonney, Kepala bagian pajak KPMG wilayah Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. Selain itu, sekitar 51 perusahaan investor tadi melakukan survey di berbagai negara, termasuk Tiongkok.
Mereka juga memperkirakan AS tidak lagi mendominasi bidang pertambangan, produksi industri, dan IT-- Telekomunikasi. Lantas, dengan bergesernya AS dari bidang-bidang itu, akan mengantarkan Tiongkok sebagai penguasa. Hal itu, nantinya akan menyebabkan pergeseran tren berinvestasi dari AS, Jepang, Singapura, dan Uni Emirat Arab beralih ke Brazil, Rusia, India, dan Tiongkok, yang juga disebut negara BRIC, yakni Brazil, Rusia, India, dan China (Tiongkok).
"Perekonomian yang berkembang di negara-negara BRIC bisa menjadi alternatif baru untuk berinvestasi. Menurut perhitungan kasar, telah terjadi keseimbangan perekonomian di Amerika, Eropa, dan Asia � Pasifik. Hal ini akan benar-benar mengawali terjadinya permainan perekonomian baru secara global," imbuh Sue.
Selain itu, awal Maret lalu, sebuah perusahaan, yakni PricewaterhouseCoopers LLP, berani mengklaim bahwa pada 2025, Tiongkok akan menjadi negara terkuat secara ekonomi. (Chinadaily/dia) fajar online