BORONG - Kepala Puskesmas Borong Hilde Gardis Siba, di Kabupaten Manggarai Timur, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur dibuat geleng-geleng kepala alias tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Pasalnya dari bungkusan kain yang diletakkan di atas meja di ruang periksa itu setelah dibuka ternyata berisi dua ulat berwarna cokelat sebesar ibu jari tangan perempuan dewasa.
Kedua ulat yang sudah mati itu dibawa ke puskesmas hari Kamis (12/6), sekitar pukul 13.00 wita. Ulat itu sejenis ulat pohon atau yang berada di bawah tanah dalam bahasa setempat ulat seperti itu biasa disebut poak, sedangkan dalam bahasa Manggarai disebut kinabous.
Ulat itu dibawa oleh Johanes Ndoi (33), warga Dusun Rende, Desa Lembur, Kecamatan Kotakomba, Kabupaten Manggarai Timur. Johanes menyakini ulat itu keluar dari rahim istrinya, Sabina Nona (33). Sabina saat itu juga dibawa ke puskesmas dengan dipapah karena dalam kondisi lemas setelah menjalani proses persalinan .
Johanes membawa dua ulat itu ke puskesmas karena penasaran, dan ingin memastikan apakah memang itu ulat yang keluar dari rahim istrinya. Johanes yakin, istrinya mengandung, dan kemarin telah menjalani proses persalinan. Pasalnya, sejak bulan Agustus 2007 istrinya telah berhenti haid.
Pasangan itu telah sembilan tahun menikah, dan belum dikaruniai anak. Sejak Sabina berhenti haid lambat laun dia merasakan seperti mengandung, dan di dalam perutnya terasa pula ada janin yang bergerak-gerak, dan bertumbuh. Hingga kemarin siang itulah Sabina merasakan mulas di perut, lalu meminta bantuan dukun bayi setempat Eli Jaja. Namun, di luar dugaan yang keluar adalah ulat.
Kejadian itu sulit dijelaskan secara medis, masalahnya proses dikeluarkan ulat itu di desa, bukan di puskesmas. Si ibu pun tak melihat sendiri ulat itu keluar. "Dan kalau melihat dari kondisi fisik ibu juga tak menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Sebab kalau memang benar melahirkan, rahim dan payudara yang membesar pasti masih terlihat. Tapi ini terlihat normal-normal saja," kata Hilde Gardis Siba, Jumat (13/6), yang dihubungi dari Ende, Flores.
Hilde juga menjelaskan, dari kelamin Sabina hanya mengeluarkan darah sedikit, seharusnya jika memang terjadi persalinan biasanya darah yang keluar banyak. Hilde berpendapat, darah yang keluar itu dari proses menstruasi.
"Kalau melihat dari riwayat suami-istri itu memang bisa terjadi, karena merindukan sekian lama kehadiran seorang anak, maka si perempuan ketika berhenti haid merasa yakin hamil, dan perut terasa membesar seperti orang mengandung. Tapi ketika di-USG tak ada janin," ujar Hilde.
Kejadian ini sulit dipertanggungjawabkan, sebab kejadiannya bukan di puskesmas. Si dukun bayi pun tak ikut ke puskesmas, sehingga belum bisa dimintai keterangannya. "Tapi kalau dari pasangan suami-istri itu mengaku kejadian serupa pernah terjadi tahun 2006," kata Kepala Kepolisian Sektor (Polsek) Borong Ajun Komisaris Polisi (AKP) Vitalis NH Sobak.
Sumber artikel
Pasalnya dari bungkusan kain yang diletakkan di atas meja di ruang periksa itu setelah dibuka ternyata berisi dua ulat berwarna cokelat sebesar ibu jari tangan perempuan dewasa.
Kedua ulat yang sudah mati itu dibawa ke puskesmas hari Kamis (12/6), sekitar pukul 13.00 wita. Ulat itu sejenis ulat pohon atau yang berada di bawah tanah dalam bahasa setempat ulat seperti itu biasa disebut poak, sedangkan dalam bahasa Manggarai disebut kinabous.
Ulat itu dibawa oleh Johanes Ndoi (33), warga Dusun Rende, Desa Lembur, Kecamatan Kotakomba, Kabupaten Manggarai Timur. Johanes menyakini ulat itu keluar dari rahim istrinya, Sabina Nona (33). Sabina saat itu juga dibawa ke puskesmas dengan dipapah karena dalam kondisi lemas setelah menjalani proses persalinan .
Johanes membawa dua ulat itu ke puskesmas karena penasaran, dan ingin memastikan apakah memang itu ulat yang keluar dari rahim istrinya. Johanes yakin, istrinya mengandung, dan kemarin telah menjalani proses persalinan. Pasalnya, sejak bulan Agustus 2007 istrinya telah berhenti haid.
Pasangan itu telah sembilan tahun menikah, dan belum dikaruniai anak. Sejak Sabina berhenti haid lambat laun dia merasakan seperti mengandung, dan di dalam perutnya terasa pula ada janin yang bergerak-gerak, dan bertumbuh. Hingga kemarin siang itulah Sabina merasakan mulas di perut, lalu meminta bantuan dukun bayi setempat Eli Jaja. Namun, di luar dugaan yang keluar adalah ulat.
Kejadian itu sulit dijelaskan secara medis, masalahnya proses dikeluarkan ulat itu di desa, bukan di puskesmas. Si ibu pun tak melihat sendiri ulat itu keluar. "Dan kalau melihat dari kondisi fisik ibu juga tak menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Sebab kalau memang benar melahirkan, rahim dan payudara yang membesar pasti masih terlihat. Tapi ini terlihat normal-normal saja," kata Hilde Gardis Siba, Jumat (13/6), yang dihubungi dari Ende, Flores.
Hilde juga menjelaskan, dari kelamin Sabina hanya mengeluarkan darah sedikit, seharusnya jika memang terjadi persalinan biasanya darah yang keluar banyak. Hilde berpendapat, darah yang keluar itu dari proses menstruasi.
"Kalau melihat dari riwayat suami-istri itu memang bisa terjadi, karena merindukan sekian lama kehadiran seorang anak, maka si perempuan ketika berhenti haid merasa yakin hamil, dan perut terasa membesar seperti orang mengandung. Tapi ketika di-USG tak ada janin," ujar Hilde.
Kejadian ini sulit dipertanggungjawabkan, sebab kejadiannya bukan di puskesmas. Si dukun bayi pun tak ikut ke puskesmas, sehingga belum bisa dimintai keterangannya. "Tapi kalau dari pasangan suami-istri itu mengaku kejadian serupa pernah terjadi tahun 2006," kata Kepala Kepolisian Sektor (Polsek) Borong Ajun Komisaris Polisi (AKP) Vitalis NH Sobak.
Sumber artikel