Gile bener, dua penipu berhasil memperdayai tujuh cowok ABG alias anak baru gede di Duta Kranji, Bekasi Barat. Mereka harus merelakan enam telepon selulernya dibawa kabur sang penjahat yang menuduh salah satu dari ABG itu menggetok adik perempuannya.
Peristiwa itu terjadi Kamis siang tadi, sekitar pukul 12.00. Ceritanya, siang itu Marcel, Albert, Nico, Victor, Dami, Ricky, dan Guntur berencana akan pergi ke Ancol. Untuk itu mereka berkumpul di rumah Marcel di Blok D. Setelah itu, mereka berjalan kaki untuk keluar kompleks. Tapi sesampainya di Jalan Prambanan yang sepi, mereka didatangi seseorang yang mengaku bernama Andri.
Kepada ketujuh ABG itu, Andri menyatakan sedang mencari anak yang mengetok adik perempuannya menggunakan HP. Dia menuduh salah satu di antara tujuh ABG itu adalah pelakunya. Dia lalu minta mereka menyerahkan HP-nya untuk ditunjukkan pada adiknya dengan HP itu atau bukan dia digetok.
Ketika HP sudah terkumpul, datang lagi seseorang yang mengaku pamannya Andri dan juga mencari pelaku yang menggetok keponakannya.
Untuk meyakinkan para ABG itu, kedua orang itu juga mengajak salah satu dari mereka, Guntur, guna dipertemukan dengan korban. Sebelum pergi, mereka berpesan kepada enam ABG lainnya agar tetap berkumpul dan tidak pergi ke mana-mana.
Guntur kemudian dibonceng sampai di Harapan Baru, atau sekitar dua kilometer dari lokasi kejadian. Sampai di depan sebuah masjid, Guntur diturunkan dan kemudian ditinggal.
Sementara itu, keenam ABG itu mulai curiga, karena sampai 15 menit Guntur tidak diantar juga.Mereka kemudian mencari Guntur dan bertemu di depan masjid.
Oleh warga, para ABG itu kemudian dipinjami telepon dan diminta lapor ke Pospol Bintara.Karena lokasi kejadiannya di Kranji, mereka akhirnya disarankan melapor ke Pospol Kranji, dan selanjutnya diminta ke Kepolisian Sektor Metro Bekasi Barat.
Hingga Kamis petang, empat orang yang akhirnya melapor itu masih dimintai keterangan. Para orangtua mereka yang umumnya baru pulang kerja pun kebingungan mendapat informasi anaknya berurusan dengan polisi. "Maklum, mereka umumnya kan anak baik-baik. Orangtuanya khawatir anaknya berurusan dengan polisi," kata seorang ibu ketika menghubungi Kompas.com lewat telepon.
Peristiwa itu terjadi Kamis siang tadi, sekitar pukul 12.00. Ceritanya, siang itu Marcel, Albert, Nico, Victor, Dami, Ricky, dan Guntur berencana akan pergi ke Ancol. Untuk itu mereka berkumpul di rumah Marcel di Blok D. Setelah itu, mereka berjalan kaki untuk keluar kompleks. Tapi sesampainya di Jalan Prambanan yang sepi, mereka didatangi seseorang yang mengaku bernama Andri.
Kepada ketujuh ABG itu, Andri menyatakan sedang mencari anak yang mengetok adik perempuannya menggunakan HP. Dia menuduh salah satu di antara tujuh ABG itu adalah pelakunya. Dia lalu minta mereka menyerahkan HP-nya untuk ditunjukkan pada adiknya dengan HP itu atau bukan dia digetok.
Ketika HP sudah terkumpul, datang lagi seseorang yang mengaku pamannya Andri dan juga mencari pelaku yang menggetok keponakannya.
Untuk meyakinkan para ABG itu, kedua orang itu juga mengajak salah satu dari mereka, Guntur, guna dipertemukan dengan korban. Sebelum pergi, mereka berpesan kepada enam ABG lainnya agar tetap berkumpul dan tidak pergi ke mana-mana.
Guntur kemudian dibonceng sampai di Harapan Baru, atau sekitar dua kilometer dari lokasi kejadian. Sampai di depan sebuah masjid, Guntur diturunkan dan kemudian ditinggal.
Sementara itu, keenam ABG itu mulai curiga, karena sampai 15 menit Guntur tidak diantar juga.Mereka kemudian mencari Guntur dan bertemu di depan masjid.
Oleh warga, para ABG itu kemudian dipinjami telepon dan diminta lapor ke Pospol Bintara.Karena lokasi kejadiannya di Kranji, mereka akhirnya disarankan melapor ke Pospol Kranji, dan selanjutnya diminta ke Kepolisian Sektor Metro Bekasi Barat.
Hingga Kamis petang, empat orang yang akhirnya melapor itu masih dimintai keterangan. Para orangtua mereka yang umumnya baru pulang kerja pun kebingungan mendapat informasi anaknya berurusan dengan polisi. "Maklum, mereka umumnya kan anak baik-baik. Orangtuanya khawatir anaknya berurusan dengan polisi," kata seorang ibu ketika menghubungi Kompas.com lewat telepon.