“Katanya panglima. Kalau panglima, gentle, jangan anak buahnya dikorbankan,” kata jubir Mabes Polri Irjen Abubakar Nataprawira soal kaburnya Munarman.
Demikian dikutip Blog Berita dari Tempo Interaktif Sabtu hari ini. Direktorat Imigrasi Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia telah mengeluarkan surat cegah dan tangkal [cekal] atas Munarman yang menjadi buronan polisi. Fotonya telah disebarkan Mabes Polri ke jajaran Polri di seluruh Indonesia. Berdasarkan pantauan Tempo, rumah orangtua Munarman di kawasan Trikora, Palembang, Sumatera Selatan, tampak sepi sejak polisi mengumumkan status Munarman sebagai buron. Polisi di Bali, Papua, hingga Sumut juga tengah mencari Panglima Komando Laskar Islam itu.
Pers memberitakan, Munarman akan menyerahkan diri dan bertanggung jawab atas pemukulan di Monas asalkan Ahmadiyah dibubarkan oleh pemerintah, kata FPI di Detikcom. Enak saja, sudah melakukan tindak pidana dengan menyakiti orang lain, malah bikin syarat pula. Ahmadiyah bubar atau tidak, kau harus tetap diproses secara hukum. Payah kau itu, Munarman, lama kau jadi pendekar hukum di YLBHI dan pembela HAM di Kontras, tapi kok tiba-tiba sekarang kau terkesan seperti buta hukum. Apa kau tidak malu wajahmu muncul setiap hari di koran dan tivi sebagai buronan polisi?
Dengan kaburnya Munarman, anggota KLI seharusnya berpikir dan memakai akal sehat, pantaskah mereka patuh pada seorang pemimpin semacam Munarman? Kasihan kalian, para laskar, mau disuruh-suruh Munarman, bahkan kalian sampai memukuli orang lain dan akhirnya ditangkap polisi, sementara bos kalian itu langsung bersembunyi begitu dinyatakan polisi sebagai tersangka.
Munarman juga pernah mengancam menyerbu majalah Tempo bila media itu tidak minta maaf dan Goenawan Mohamad tidak bersujud padanya, “Saya serbu, saya sudah siapkan laskar-laskar saya.” Jadi, para laskar, masih maukah kalian diperintah Munarman untuk menyerang Tempo?
Kalau Munarman menyebut dirinya panglima, maka Blog Berita menyebutnya sebagai panglima-panglimaan. Ketik K spasi D, kasihan deh. blog berita
Demikian dikutip Blog Berita dari Tempo Interaktif Sabtu hari ini. Direktorat Imigrasi Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia telah mengeluarkan surat cegah dan tangkal [cekal] atas Munarman yang menjadi buronan polisi. Fotonya telah disebarkan Mabes Polri ke jajaran Polri di seluruh Indonesia. Berdasarkan pantauan Tempo, rumah orangtua Munarman di kawasan Trikora, Palembang, Sumatera Selatan, tampak sepi sejak polisi mengumumkan status Munarman sebagai buron. Polisi di Bali, Papua, hingga Sumut juga tengah mencari Panglima Komando Laskar Islam itu.
Pers memberitakan, Munarman akan menyerahkan diri dan bertanggung jawab atas pemukulan di Monas asalkan Ahmadiyah dibubarkan oleh pemerintah, kata FPI di Detikcom. Enak saja, sudah melakukan tindak pidana dengan menyakiti orang lain, malah bikin syarat pula. Ahmadiyah bubar atau tidak, kau harus tetap diproses secara hukum. Payah kau itu, Munarman, lama kau jadi pendekar hukum di YLBHI dan pembela HAM di Kontras, tapi kok tiba-tiba sekarang kau terkesan seperti buta hukum. Apa kau tidak malu wajahmu muncul setiap hari di koran dan tivi sebagai buronan polisi?
Dengan kaburnya Munarman, anggota KLI seharusnya berpikir dan memakai akal sehat, pantaskah mereka patuh pada seorang pemimpin semacam Munarman? Kasihan kalian, para laskar, mau disuruh-suruh Munarman, bahkan kalian sampai memukuli orang lain dan akhirnya ditangkap polisi, sementara bos kalian itu langsung bersembunyi begitu dinyatakan polisi sebagai tersangka.
Munarman juga pernah mengancam menyerbu majalah Tempo bila media itu tidak minta maaf dan Goenawan Mohamad tidak bersujud padanya, “Saya serbu, saya sudah siapkan laskar-laskar saya.” Jadi, para laskar, masih maukah kalian diperintah Munarman untuk menyerang Tempo?
Kalau Munarman menyebut dirinya panglima, maka Blog Berita menyebutnya sebagai panglima-panglimaan. Ketik K spasi D, kasihan deh. blog berita