Pantesan FPI Begitu Kuat dan Berani ! ( Heboh )

FPI Didalangi Oleh Jenderal Polisi

Nah, inilah jawaban pertanyaan banyak orang selama bertahun-tahun : kenapa FPI bisa begitu garang, petantang-petenteng membawa pedang di keramaian, dan melakukan berbagai tindak anarkis; namun dibiarkan saja oleh polisi. Kesan bahwa FPI begitu sakti dan untouchable, ternyata, lantaran FPI sediri adalah “anak macan” piaraan polisi.

Oleh : Robert Manurung

MASYARAKAT benar-benar heran dan kecewa melihat sikap polisi dalam Peristiwa Monas, hari Minggu kemarin. Para polisi hanya menonton, dan bisa diartikan memberi kesempatan, ketika gerombolan FPI menganiaya peserta apel akbar AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan).

Polisi tetap membiarkan, kendati dihadapan mereka, anak-anak dan ibu-ibu dipentungi dengan tongkat bambu oleh FPI.

Sikap polisi dalam Peristiwa Monas sangat bertolak belakang dengan tindakan rekan-rekannya, yang dengan beringas menyerbu Kampus Universitas Nasional (Unas) di Jakarta, pekan lalu. Dalam serangan fajar itu aparat kepolisian menganiaya para mahasiswa dengan cara brutal, melakukan perusakan, dan mengangkut paksa ratusan mahasiswa yang kemudian dikerangkeng di sel.

Analis singkat mengenai Polri

SERANGAN polisi ke Kampus Unas merupakan indikator bahwa Polri memiliki agenda dan kepentingan tersendiri dalam percaturan politik nasional. Artinya, Polri telah menjelma menjadi salah satu pemain politik, bukan lagi sekadar aparatur negara yang ditugaskan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

Hal ini merupakan penyimpangan yang serius terhadap amanat konstusi, yang nota bene adalah dasar hukum keberadaan Polri. Dengan kata lain, Polri telah dibajak oleh sejumlah jenderal dan diselewengkan demi kepentingan para jenderal itu atau kelompoknya; sehingga institusi ini tidak bisa lagi bersikap netral dan adil.

Penyimpangan ini, yang secara halus bisa dikatakan menguatnya ego sektoral di jajaran pimpinan Polri, bermula pada awal Reformasi. Saat itu polisi berusaha lepas dari ketiak Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan setelah berhasil, lantas ingin membuktikan kepada TNI bahwa Polri mampu berdiri di atas kaki sendiri.

Oknum Polri mendalangi FPI

AMBISI untuk membuktikan bahwa Polri bisa menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat tanpa bantuan TNI, akhirnya melahirkan sikap overacting dan ekses-ekses. Salah satu produknya adalah Front Pembela Islam (FPI). Informasi ini aku dapat dari sumber di jajaran elit polri, dan sejumlah politisi., serta aktivis LSM.

FPI, ormas yang begitu garang mengibarkan panji-panji keagamaan ini, ternyata dibidani oleh jenderal polisi, ketika yang bersangkutan masih menjabat Kapolda. FPI digunakannya untuk “menjinakkan” masyarakat yang dilanda euforia reformasi, mengadu domba kelompok-kelompok sosial, dan juga sebagai alat negosiasi dengan berbagai kekuatan politik.

Hal ini sudah menjadi rahasia umum di kalangan politik dan aktivis LSM di Jakarta. Yang pertama kali mengungkapnya ke publik adalah sosiolog Tamrin Amal Tomagola, dalam artikelnya di rubrik opini harian Kompas, terbitan hari ini (4 Juni 2008). Namun dia tidak menyebutkan dengan tegas, bahwa FPI adalah “anak macan” piaraan oknum Polri.

Dalam artikel itu Tamrin Amal Tomagola menulis begini :

”Beberapa mantan penguasa pada masa Orde Baru dari pihak militer dan kepolisian yang namanya terlanjur tercantum, baik sebagai pendiri maupun dalam susunan pengurus FPI perlu segera mengambil jarak dan menegaskan bahwa mereka tidak lagi menjadi pelindung FPI.”

Nah, inilah jawaban pertanyaan banyak orang selama bertahun-tahun : kenapa FPI bisa begitu garang, petantang-petenteng membawa pedang di keramaian, dan melakukan berbagai tindak anarkis; namun dibiarkan saja oleh polisi. Kesan bahwa FPI begitu sakti dan untouchable, ternyata, lantaran FPI sediri adalah “anak macan” piaraan polisi.

Dan sekarang terjawab sudah, kenapa polisi bisa begitu mudah menyatroni markas FPI di Petamburan, Jakarta; dan kemudian mencokok dengan gampang para anggota “laskar suci” yang termasuk daftar tersangka pelaku penganiayaan dalam Peristiwa Monas.

Padahal, sehari sebelumnya Ketua Umum FPI Habib Rizieg dengan garang menantang siapa saja di negara ini, bahwa dia tidak akan membiarkan para anggotanya ditangkap; dan untuk itu dia akan berjuang sampai titik darah penghabisan.

Beginilah caranya kita; rakyat Indonesia yang patuh dan percaya pada pemimpin, dibohongi dan dipermainkan selama bertahun-tahun. Kacian deh gue….

Merdeka ! www.ayomerdeka.wordpress.com

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Belajar Bahasa Inggris