Seorang perempuan divonis 13 tahun penjara setelah memaksa kedua anak perempuannya, usia tujuh dan sembilan tahun, beradegan seks. Ia lalu mengirim foto-foto adegan itu ke seorang pria Amerika yang ditemuinya lewat internet.
Harian Sydney Morning Herald lewat situsnya, Sabtu (5/4), melaporkan polisi di AS menemukan foto-foto itu dalam laptop si pria. Polisi AS lalu menyampaikan temuannya itu kepada kolega mereka di Sydney yang langsung menangkap perempuan 41 tahun itu. Perempuan itu pun mengaku bersalah.
Hakim Jennifer English mengatakan foto-foto itu membuat perut mual. Ia juga menyebut tindakan perempuan itu hina dan kotor. “Sulit dipahami bagaimana mungkin seorang ibu berbuat demikian terhadap anak-anaknya,” kata English, Jumat (4/4).
Menurut catatan Pengadilan Distrik Penrith, perempuan itu mulai berkirim email ke pria Amerika itu awal 2005. Mulanya pria itu memintanya memikirkan tentang sebuah permainan untuk sebuah pesta seks dewasa. Lalu pembicaraan terus menjurus ke aktivitas seks dunia maya, antara lain menggunakan webcam.
Tampaknya perempuan itu begitu terobsesi pada si pria sehingga apapun permintaannya dituruti. Antara lain memotret kemenakan perempuannya yang baru berusia 13 tahun dalam keadaan telanjang. “Kalau mau, saya belikan kamu ponsel dan PlayStation,” kata si perempuan saat membujuk kemenakannya itu. Saat si gadis menolak, bibinya itu menghunus gunting dan mengancam akan memotong-potong pakaiannya.
Kirim mengirim email itu berhenti ketika si perempuan itu menolak permintaan kekasihnya untuk memotret remaja laki-laki sekitar situ. Namun hubungan itu dimulai lagi awal 2006. Setelah itu si pria semakin berani meminta. Di antaranya minta foto kedua anak gadis perempuan itu, berikut saran tentang bagaimana pose dan baju yang diinginkan. “Kamu kenal aku. Aku akan lakukan apa pun permintaanmu,” jawab si perempuan.
Lalu, Juni 2007, ia menjemput kedua anaknya dari sekolah dan mengatakan mereka akan bersenang-senang, yang maksudnya berfoto telanjang. Hari berikutnya, foto-foto itu sudah berpindah ke tangan kekasihnya.
English menjelaskan, sebenarnya perempuan itu cerdas dan pandai berbicara. Perempuan itu juga bergelar sarjana dan punya pekerjaan baik, sebelum memutuskan menjadi ibu rumah tangga.
Semula, dia tidak menerima anggapan orang betapa jahat perbuatannya. Seorang psikolog mengatakan, perempuan itu tetap beranggapan bahwa kedua anaknya tidak akan terancam apa-apa karena ia berjanji hal itu tidak akan terulang lagi dan minta mereka tidak mengatakan kepada siapa pun.
Ia malah menuding si pria Amerika itulah yang memaksanya berbuat demikian. Si psikolog menyebut perempuan itu sebagai pelanggar seks yang tidak dirawat, sehingga harus dibantu dengan perawatan.
Awal tahun 2008 ini, perempuan itu kembali melihat foto-foto anaknya dan shock, karena merasa itu lebih mengerikan dari yang diingatnya. Ia lalu mau bekerja sama dengan pemerintah karena ingin menghentikan pria itu mengulanginya pada orang lain.
“Dia sekarang merasa berdosa dan amat menyesal,” kata hakim English.
Namun, tetap saja penyesalan itu tidak membuatnya bebas dari hukum atas perbuatannya yang sangat kasar dan menjijikkan itu. Kedua bocah itu dilanggar kesuciannya di rumah mereka sendiri. Kedua bocah itu juga dianggap tidak berdaya mempertahankan diri atas keinginan sang ibu.
Dengan hukuman penjara 13 tahun sembilan bulan tanpa pembebasan bersyarat sampai sembilan tahun penjara, paling tidak perempuan itu harus mendekam sampai 2015.
Kompas.com
Harian Sydney Morning Herald lewat situsnya, Sabtu (5/4), melaporkan polisi di AS menemukan foto-foto itu dalam laptop si pria. Polisi AS lalu menyampaikan temuannya itu kepada kolega mereka di Sydney yang langsung menangkap perempuan 41 tahun itu. Perempuan itu pun mengaku bersalah.
Hakim Jennifer English mengatakan foto-foto itu membuat perut mual. Ia juga menyebut tindakan perempuan itu hina dan kotor. “Sulit dipahami bagaimana mungkin seorang ibu berbuat demikian terhadap anak-anaknya,” kata English, Jumat (4/4).
Menurut catatan Pengadilan Distrik Penrith, perempuan itu mulai berkirim email ke pria Amerika itu awal 2005. Mulanya pria itu memintanya memikirkan tentang sebuah permainan untuk sebuah pesta seks dewasa. Lalu pembicaraan terus menjurus ke aktivitas seks dunia maya, antara lain menggunakan webcam.
Tampaknya perempuan itu begitu terobsesi pada si pria sehingga apapun permintaannya dituruti. Antara lain memotret kemenakan perempuannya yang baru berusia 13 tahun dalam keadaan telanjang. “Kalau mau, saya belikan kamu ponsel dan PlayStation,” kata si perempuan saat membujuk kemenakannya itu. Saat si gadis menolak, bibinya itu menghunus gunting dan mengancam akan memotong-potong pakaiannya.
Kirim mengirim email itu berhenti ketika si perempuan itu menolak permintaan kekasihnya untuk memotret remaja laki-laki sekitar situ. Namun hubungan itu dimulai lagi awal 2006. Setelah itu si pria semakin berani meminta. Di antaranya minta foto kedua anak gadis perempuan itu, berikut saran tentang bagaimana pose dan baju yang diinginkan. “Kamu kenal aku. Aku akan lakukan apa pun permintaanmu,” jawab si perempuan.
Lalu, Juni 2007, ia menjemput kedua anaknya dari sekolah dan mengatakan mereka akan bersenang-senang, yang maksudnya berfoto telanjang. Hari berikutnya, foto-foto itu sudah berpindah ke tangan kekasihnya.
English menjelaskan, sebenarnya perempuan itu cerdas dan pandai berbicara. Perempuan itu juga bergelar sarjana dan punya pekerjaan baik, sebelum memutuskan menjadi ibu rumah tangga.
Semula, dia tidak menerima anggapan orang betapa jahat perbuatannya. Seorang psikolog mengatakan, perempuan itu tetap beranggapan bahwa kedua anaknya tidak akan terancam apa-apa karena ia berjanji hal itu tidak akan terulang lagi dan minta mereka tidak mengatakan kepada siapa pun.
Ia malah menuding si pria Amerika itulah yang memaksanya berbuat demikian. Si psikolog menyebut perempuan itu sebagai pelanggar seks yang tidak dirawat, sehingga harus dibantu dengan perawatan.
Awal tahun 2008 ini, perempuan itu kembali melihat foto-foto anaknya dan shock, karena merasa itu lebih mengerikan dari yang diingatnya. Ia lalu mau bekerja sama dengan pemerintah karena ingin menghentikan pria itu mengulanginya pada orang lain.
“Dia sekarang merasa berdosa dan amat menyesal,” kata hakim English.
Namun, tetap saja penyesalan itu tidak membuatnya bebas dari hukum atas perbuatannya yang sangat kasar dan menjijikkan itu. Kedua bocah itu dilanggar kesuciannya di rumah mereka sendiri. Kedua bocah itu juga dianggap tidak berdaya mempertahankan diri atas keinginan sang ibu.
Dengan hukuman penjara 13 tahun sembilan bulan tanpa pembebasan bersyarat sampai sembilan tahun penjara, paling tidak perempuan itu harus mendekam sampai 2015.
Kompas.com