ISTILAH bachelorette party, hen party, maupun girl's night out kian populer untuk menggambarkan pesta menutup masa lajang yang mulai jamak ditemui.
Sebulan sebelum pesta pernikahannya dengan Aditya Tumbuan, presenter Aline Tumbuan, 27, dikejutkan dengan pesta bujang atau bachelorette party yang dirancang oleh teman-teman dekatnya.
Saat itu, teman-teman dekat pemilik nama lengkap Caroline Ingrid Adita ini menyewa sebuah kamar hotel mewah di Jakarta untuk kemudian menghabiskan waktu di sana. Mereka merayakan pelepasan masa lajang Aline dengan makan dan minum di hotel tersebut.
Bahkan, wanita kelahiran Jakarta, 17 Juli 1980, ini tak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika 12 sahabat dekatnya "bersekongkol" mengundang seorang male stripper. "Wah, saya kaget sekali. Kejutannya pun tidak berhenti sampai di situ. Mereka mengajak saya ke klub. Di sana kami having fun bareng," kenang model, penyiar, sekaligus presenter ini.
Istilah bachelorette party, hen party, maupun girl's night out kian populer untuk menggambarkan pesta menutup masa lajang yang mulai jamak ditemui. Party privat diikuti kalangan terbatas menjelang pernikahan itu bentuknya tak lagi saling curhat atau ngobrol di rumah, juga menyewa hotel atau klub.
Di Inggris, Irlandia, dan Australia, pesta seperti ini lazim disebut hen party. Adapun istilah stagette lebih umum di Kanada.
"Saya sendiri enam kali terlibat dalam bachelorette party dengan konsep, tema, dan tempat yang berbeda-beda. Kalau memang waktunya kurang dan tidak ada persiapan, biasanya digelar pesta kecil di rumah calon pengantin," papar Aline.
Banyak kejadian seru yang terjadi di pesta lajang itu, sebut Aline. Ketika sahabat dekatnya semasa SMP menikah, dia dan teman-temannya giliran mengatur sebuah party kecil lengkap dengan spirits plus aksi male stripper.
Namun, Aline menuturkan, acara belum selesai, si calon pengantin itu sudah tumbang. "Dia sudah enggak kuat minum dan akhirnya ketiduran, tapi pestanya tetap kita dilanjutkan," ujar Aline terkekeh.
Meski terkesan hura-hura, Aline menilai party semacam ini juga bermanfaat positif. Salah satunya menjadi ajang sharing maupun curhat kepada teman atau sahabat dekat dalam menyongsong kehidupan berkeluarga.
Vee (bukan nama sebenarnya), 24, bahkan lebih berani. Sebelum melepas masa lajang, dia menggelar hen party di sebuah apartemen elite di kawasan Jakarta Pusat. Acara yang berlangsung dua malam berturut-turut itu membuat geleng kepala.
Bayangkan, Vee dan teman-temannya menghadirkan enam orang penghibur yang didaulat untuk bercinta di hadapan mereka. "Konsepnya memang sedikit gila," ungkap wanita yang masih berstatus mahasiswi di salah satu universitas swasta Jakarta ini.
Pesta yang bertajuk Sex Our Soul itu dihadiri oleh teman-teman Vee yang berjumlah 15 orang. Mereka juga disuguhkan berbagai snacks maupun spirits. "Tujuan acara ini lebih kepada have fun. Enggak ada maksud lain. Kami hanya minum sembari ngobrol," ucap wanita yang berdomisili di wilayah Jakarta Timur ini.
Beda negara, beda pula tradisi perayaan pesta bujang wanita ini. Di Amerika Serikat, misalnya, sudah menjadi hal umum merayakan pesta lajang tersebut di bar atau diskotek. Meski tradisi semacam ini belum begitu berkembang di Indonesia, perlahan tapi pasti kalangan muda mulai mengadopsi kebudayaan Barat ini.
Hal ini diakui sosiolog Ricardi Adnan. Dia menilai hen party maupun bachelorette party mulai membudaya di Nusantara meski hanya di kalangan terbatas.
"Mereka yang mapan dan berkantong tebal biasa menyelenggarakan pesta semacam ini," ungkap pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia ini. "Umumnya mereka adalah generasi muda yang lebih berorientasi ke budaya Barat," ia menambahkan.
Namun, Ricki justru berpendapat bahwa konsep pesta yang mengatasnamakan kesenangan semata ini hanya akan memberikan efek negatif kepada si calon pengantin. "Pesta seperti ini akan memengaruhi perilaku orang yang melakoni, seperti halnya hubungan dia ke keluarga atau calon suaminya. Sebab, acap kali hadir nuansa seksualitas sebagai bumbunya," papar Ricki.
Hal itu tidak berlebihan kiranya. Atmosfer pesta bujang yang identik dengan nuansa erotis dialami pula oleh presenter Melissa Karim, 30. Ia dan teman-temannya mengaku pernah menyewa beberapa male stripper untuk merayakan pesta lajang sahabat wanitanya di sebuah hotel.
Melissa sendiri mengaku sudah tidak bisa menghitung berapa pesta bujang yang pernah ia hadiri. Menurut dia, tak harus dilakukan dengan cara yang negatif. Dapat pula dikemas unik, lucu, atau biasa-biasa saja tapi berkesan. Bpost
Sebulan sebelum pesta pernikahannya dengan Aditya Tumbuan, presenter Aline Tumbuan, 27, dikejutkan dengan pesta bujang atau bachelorette party yang dirancang oleh teman-teman dekatnya.
Saat itu, teman-teman dekat pemilik nama lengkap Caroline Ingrid Adita ini menyewa sebuah kamar hotel mewah di Jakarta untuk kemudian menghabiskan waktu di sana. Mereka merayakan pelepasan masa lajang Aline dengan makan dan minum di hotel tersebut.
Bahkan, wanita kelahiran Jakarta, 17 Juli 1980, ini tak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika 12 sahabat dekatnya "bersekongkol" mengundang seorang male stripper. "Wah, saya kaget sekali. Kejutannya pun tidak berhenti sampai di situ. Mereka mengajak saya ke klub. Di sana kami having fun bareng," kenang model, penyiar, sekaligus presenter ini.
Istilah bachelorette party, hen party, maupun girl's night out kian populer untuk menggambarkan pesta menutup masa lajang yang mulai jamak ditemui. Party privat diikuti kalangan terbatas menjelang pernikahan itu bentuknya tak lagi saling curhat atau ngobrol di rumah, juga menyewa hotel atau klub.
Di Inggris, Irlandia, dan Australia, pesta seperti ini lazim disebut hen party. Adapun istilah stagette lebih umum di Kanada.
"Saya sendiri enam kali terlibat dalam bachelorette party dengan konsep, tema, dan tempat yang berbeda-beda. Kalau memang waktunya kurang dan tidak ada persiapan, biasanya digelar pesta kecil di rumah calon pengantin," papar Aline.
Banyak kejadian seru yang terjadi di pesta lajang itu, sebut Aline. Ketika sahabat dekatnya semasa SMP menikah, dia dan teman-temannya giliran mengatur sebuah party kecil lengkap dengan spirits plus aksi male stripper.
Namun, Aline menuturkan, acara belum selesai, si calon pengantin itu sudah tumbang. "Dia sudah enggak kuat minum dan akhirnya ketiduran, tapi pestanya tetap kita dilanjutkan," ujar Aline terkekeh.
Meski terkesan hura-hura, Aline menilai party semacam ini juga bermanfaat positif. Salah satunya menjadi ajang sharing maupun curhat kepada teman atau sahabat dekat dalam menyongsong kehidupan berkeluarga.
Vee (bukan nama sebenarnya), 24, bahkan lebih berani. Sebelum melepas masa lajang, dia menggelar hen party di sebuah apartemen elite di kawasan Jakarta Pusat. Acara yang berlangsung dua malam berturut-turut itu membuat geleng kepala.
Bayangkan, Vee dan teman-temannya menghadirkan enam orang penghibur yang didaulat untuk bercinta di hadapan mereka. "Konsepnya memang sedikit gila," ungkap wanita yang masih berstatus mahasiswi di salah satu universitas swasta Jakarta ini.
Pesta yang bertajuk Sex Our Soul itu dihadiri oleh teman-teman Vee yang berjumlah 15 orang. Mereka juga disuguhkan berbagai snacks maupun spirits. "Tujuan acara ini lebih kepada have fun. Enggak ada maksud lain. Kami hanya minum sembari ngobrol," ucap wanita yang berdomisili di wilayah Jakarta Timur ini.
Beda negara, beda pula tradisi perayaan pesta bujang wanita ini. Di Amerika Serikat, misalnya, sudah menjadi hal umum merayakan pesta lajang tersebut di bar atau diskotek. Meski tradisi semacam ini belum begitu berkembang di Indonesia, perlahan tapi pasti kalangan muda mulai mengadopsi kebudayaan Barat ini.
Hal ini diakui sosiolog Ricardi Adnan. Dia menilai hen party maupun bachelorette party mulai membudaya di Nusantara meski hanya di kalangan terbatas.
"Mereka yang mapan dan berkantong tebal biasa menyelenggarakan pesta semacam ini," ungkap pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia ini. "Umumnya mereka adalah generasi muda yang lebih berorientasi ke budaya Barat," ia menambahkan.
Namun, Ricki justru berpendapat bahwa konsep pesta yang mengatasnamakan kesenangan semata ini hanya akan memberikan efek negatif kepada si calon pengantin. "Pesta seperti ini akan memengaruhi perilaku orang yang melakoni, seperti halnya hubungan dia ke keluarga atau calon suaminya. Sebab, acap kali hadir nuansa seksualitas sebagai bumbunya," papar Ricki.
Hal itu tidak berlebihan kiranya. Atmosfer pesta bujang yang identik dengan nuansa erotis dialami pula oleh presenter Melissa Karim, 30. Ia dan teman-temannya mengaku pernah menyewa beberapa male stripper untuk merayakan pesta lajang sahabat wanitanya di sebuah hotel.
Melissa sendiri mengaku sudah tidak bisa menghitung berapa pesta bujang yang pernah ia hadiri. Menurut dia, tak harus dilakukan dengan cara yang negatif. Dapat pula dikemas unik, lucu, atau biasa-biasa saja tapi berkesan. Bpost