Gara-gara Kambing

Cuma gara-gara kambing kerajaan Arab Saudi bertekuk lutut pada Amerika. Pada saat terjadi perang antara Arab dan Israel 6 Oktober 1973. Amerika yang mendukung Israel mendapat hukuman dari negara Arab dengan memberlakukan embargo minyak. Embargo total berlangsung pada 19 Oktober 1973. Sontak saja terjadi kepanikan di Amerika, harga minyak duniapun melonjak tajam. Embargo ini hanya berlangsung hingga 18 Maret 1974. Namun dampaknya merubah arah sejarah dunia.

Segera setelah embargo minyak berakhir pemerintah Amerika memperbaiki hubungan diplomatik dengan kerajaan Arab Saudi, John Perkins pakar ekonomi yang bekerja pada MAIN sebuah lembaga yang mengkaji, menghitung pertumbuhan ekonomi dan merekomendasi program ekonomi negara-negara tertinggal dan negara berkembang berkunjung ke Arab Saudi. Ia begitu terkejut mendapati bahwa di kerajaan penghasil minyak terbesar di dunia ini begitu banyak kambing yang berkeliaran bahkan didepan istana kerajaan sekalipun. Kambing ini mengais-ngais tumpukan sampah yang bertebaran dihampir setiap sudut. Fakta yang ia dapat melalui seorang diplomat kerajaan dan supirnya bahwa ”hanya orang Arab yang tidak punya harga diri sajalah yang mau memungut sampah” memberikan suatu ide untuk mendekati raja Faisal (raja Arab waktu itu). Orang-orang Arab selalu menghindari topik pembicaraan mengenai sampah di negaranya, kambing-kambing yang dibiarkan berkeliaran menjadi solusi masalah sampah lebih dari 200 tahun di kerajaan tersebut.

Jonn Perkins meyakinkan pemerintah Arab Saudi, menawarkan solusi untuk mengatasi masalah sampah di negaranya dengan menggunakan teknologi pengolahan limbah yang super modren. Langkah ini diikuti dengan program penjualan minyak ke Amerika. Melalui United States – Saudi Arabian Join Economic Commission atau yang lebih dikenal sebagai JECOR. Kesepakatan yang diperoleh adalah perusahaan-perusahaan raksa Amerika membangun jaringan listrik yang super canggih, pengolahan minyak, jalan raya, pengolahan air laut menjadi air mineral, real estate, dan mengadatasi seluruh teknologi modren Amerika ke Arab Saudi. Uang membangun Arab Saudi ini tentu saja dari hasil penjualan minyak ke Amerika. Konsep dasarnya hanya memindahkan uang dari Bank Central Amerika ke rekening perusahan-perusahaan yang berada di New York, Boston, Chicago dan kota besar lain di Amerika., tentu saja uang pajak perusahaan itu kembali mengalir ke dalam kas Amerika. Sisa keuntungan penjualan minyak Arab Saudi disimpan dalam bentuk surat-surat berharga Amerika, dalam hal ini bunganya saja bisa untuk pembangunan Arab Saudi hingga saat ini. Arab Saudi juga mengizinkan Amerika menggunakan bunga tersebut secara ”bijaksana” tanpa perlu restu dari konggres Amerika jika diperlukan. Karena aset kekayaan Arab Saudi yang “beranak binak” di Amerika, mereka selamanya tidak akan pernah bakal diguncang prahara ekonomi. Pembangunan yang sangat luar biasa di Arab Saudi membuat negara-negara tetangga menjadi iri dan takjub, segera saja mereka mengikuti jejak Arab Saudi tentunya dengan mengemis meminta bantuan “Paman Sam”.

John Perkins sangat-sangat berterima kasih kepada kambing-kambing tersebut yang telah membuka jalan “perdamaian” ini. Kerja sama yang “cukup mesra” antara kedua negara ini berlangsung setia hingga detik ini. Semuanya bermula cuma gara-gara kambing!

Data dan fakta di atas tertulis di dalam buku Confessions of an Economic Hit Man (Pengakuan Seorang Perusak Ekonomi) karya John Perkins, buku putih pengakuan dosa
John Perkins. Kisah nyata ini menceritakan bagaimana cara pelaku perusak ekonomi bekerja untuk membuat negara-negara miskin dan berkembang untuk selalu bergantung dan berhutang kepeda negara-negara maju atau yang dikenal sebagai negara donor. hina

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Belajar Bahasa Inggris