Pelecehan Seks Membuatku Trauma

Aku adalah anak keempat dari lima bersaudara. Kakak tertua dan adikku laki-laki, sedangkan saudaraku yang lain perempuan. Masa kecil kami sebenarnya cukup bahagia. Mamaku adalah ibu rumah tangga biasa, sementara ayahku adalah seorang pedagang yang membuka usaha di kota lain, sehingga setiap hari harus berangkat pagi dan pulang malam. Meski waktu yang ayah miliki sedikit namun ayah tetap bisa memberi perhatian kepada anak-anaknya. Singkatnya kehidupan kami bahagia sekali.

Masalah mulai muncul saat ayah sakit dan akhirnya meninggal dunia. Waktu itu kami masih kecil. Kakak tertuaku baru duduk di bangku Sekolah Dasar sementara aku masih duduk di taman kanak-kanak dan adik terkecilku masih berusia dua tahun.

Setelah kepergian ayah, kehidupan kami berubah. Mama yang biasanya di rumah mengurus anak-anak, kali ini harus bekerja keras menggantikan posisi ayah sebagai kepala rumah tangga. Untunglah semasa ayah masih hidup, mama selalu menabung dan nenek menyarankan mama menggunakan tabungan tersebut untuk modal berjualan di pasar.

Ketika aku masih duduk di bangku TK, aku punya teman bernama Sally yang juga masih ada ikatan keluarga denganku. Sally tinggal dengan kakek dan neneknya, sebab orang tua Sally tinggal di kota lain. Saat itu aku merasa kakek dan nenek Sally juga sayang kepadaku, karena mereka sangat perhatian dan selalu memberikan kasih sayang layaknya sebagai cucu sendiri. Itu sebabnya aku sering kali tidur di rumah Sally.

Pengalaman pahitku berawal saat aku duduk di bangku kelas tiga Sekolah Dasar. Waktu itu kakek Sally yang biasa dipanggil Mbah Kung memanggilku yang kala itu sedang bermain di depan rumah. Karena sudah biasa aku langsung mendatanginya. Ternyata Mbah Kung mengajakku ke kamarnya.

Sesampai di kamar Mbah Kung mendudukanku dipangkuannya, dia langsung menciumi dan meraba seluruh tubuhku serta memasukan jari tangangannya ke dalam kemaluanku. Aku yang waktu itu tidak mengerti apa yang dilakukannya diam saja tanpa melakukan apa-apa. Setelah selesai melakukan hal itu, Mbah Kung memberiku uang dan menyuruhku pulang. Dan hal itu terjadi secara berulang-ulang, aku sendiri tak mengerti mengapa aku tak pernah takut diperlakukan seperti itu, dan hal itupun tak pernah aku beritahukan kepada siapa-siapa.

Hal tersebut juga aku alami ketika aku duduk di bangku kelas enam Sekolah Dasar. Namun kali ini bukan Mbah Kung yang melakukan pelecehan tersebut. Saat itu mama memang jarang sekali berada di rumah, karena jarak rumah ke tempat usahanya cukup jauh. Sehingga suasana rumah seringkali sepi.

Suatu hari saat mama sedang tak ada di rumah dan aku sedang tidur, aku merasa ada tangan yang menarik lepas celana dalamku. Aku kaget, tapi setelah kulihat yang melakukan itu adalah kakakku sendiri. Aku diam saja dan berpura-pura tidur. Apa yang dulu dilakukan Mbah Kung terulang lagi, namun bukan saja jemari tangannya yang bermain di bagian paling senitif dari tubuhku, kakakku juga menciumi bagian tersebut. Dan seperti halnya dulu aku juga tak pernah menceritakan hal tersebut kepada siapa-siapa.

Kejadian serupa juga terulang kembali saat mama telah menikah lagi dengan seorang pria yang juga masih satu profesi dengan mama yaitu pedagang. Aku biasa memanggilnya dengan sebutan Om Pram.

Enam bulan setelah mama menikah dengan Om Pram, aku jatuh sakit, saat itu aku sudah duduk di bangku kelas II Sekolah Menengah Pertama. Kala itu aku mengalami demam dan batuk yang tak kunjung sembuh. Setelah beberapa kali ke dokter baru diketahui kalau aku menderita kelainan jantung.

Saat terbaring sakit itulah, pengalaman pahitku terulang kembali dan peristiwa tersebut terjadi ketika mama sedang tak ada di rumah dan semua saudara pergi ke sekolah. Suasana rumah sepi, Om Pram datang ke kamarku dengan alasan akan memijatku untuk mengurangi rasa sakit yang aku derita.

Walau aku menolak, Om Pram tetap memaksaku, tanpa bisa melawan aku membiarkan tangan Om Pram memijat tubuhku, namun lama kelamaan pijatannya berubah menjadi rabaan dan sekali lagi aku tak bisa berbuat apa-apa saat tangan Om Pram mulai meraba bagian dadaku yang baru tumbuh. Sesaat kemudian berpindah meraba bagian antara kedua pahaku dan memasukan jari tangannya. Kejadian tersebut kualami beberapa kali tanpa bisa aku ceritakan kepada siapapun.

Sekarang umurku sudah 27 tahun, dan sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta. Kakak-kakakku juga telah menikah dan memiliki keluarga, sementara mama kembali menjadi seorang janda setelah akhirnya bercerai dengan Om Pram saat aku masih kuliah. Dan dalam keluarga tinggal aku sendiri yang belum menikah.

Saat ini bayangan masa lalu selalu menghantui kehidupanku. Apakah nanti suamiku akan bisa menerima diriku apa adanya? Haruskah semuanya kuceritakan?.Hal itu membuatku semakin ragu untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Aku benar-benar putus asa. Apakah akan ada hari-hari bahagia untukku nanti.

Diceritakan J di Sm khusus untuk www.perempuan.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Belajar Bahasa Inggris