Berbagai macam cara disuguhkan tempat hiburan malam untuk menjaring konsumen. Dancer Meteor One Stop Entertainment di Jl Arjuno, Astri alias Tamara, 25, yang menari telanjang untuk menghibur tamu di kamar VIP 222 digaruk anggota Reskrim Idik III Polwiltabes Surabaya, Sabtu (19/4) dini hari.
Ketika penggerebekan berlangsung, cewek asal Jakarta yang bermukim sementara di Jl Tidar tidak bisa berbuat-apa. Polisi yang dipimpin Kanit Idik III AKP Radiant langsung mengambil foto Astri saat telanjang dan merekam dengan handycam. Tak pelak, suasana langsung berubah dengan teriakan histeris. Astri yang tidak mengenakan sehelai benang di tubuhnya disuruh mengenakan pakaian yang ditanggalkan di lantai itu.
“Memfoto dan merekam adegan saat telanjang semata-mata untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” ujar Kasat Reskrim AKBP Syahardiantono didampingi Kanit Idik III AKP Radiant.
Setelah mengamankan Astri, polisi mencari mami dancer, Tina. Dari pengakuan Tina ada dua dancer lagi, tapi dalam kondisi tidak bekerja. Tina dan tiga dancer masing-masing Astri, Ida, 23, dan Iis, 19, dibawa ke mapolwiltabes untuk diperiksa. Pakaian yang dikenakan Astri seperti BH hitam dan celana dalam warna pink dijadikan barang bukti. Tidak itu saja, polisi juga menyita slip order pemesanan dancer.
Menurut AKP Radiant, penggerebekan yang dilakukan itu setelah polisi mendapat informasi dari masyarakat jika dancer di Meteor bisa diboking untuk menari bugil di kamar VIP. Untuk membuktikan itu, tiga kali polisi datang ke tempat hiburan malam ternama di Surabaya selatan itu. Hasilnya, tidak meleset. Di hari pertama dan kedua, polisi sukses memboking seorang dancer dan menari telanjang di sebuah ruang VIP.
Begitu menginjak hari ketiga, rombongan polisi yang datang, langsung memesan penari bugil lewat seorang karyawan. Ketika memesan, katanya dancer sudah habis dan sekarang lagi menari di VIP 222. Seketika itu, polisi masuk dan menggerebek tarian erotis yang disaksikan beberapa kaum lelaki.
”Lelaki yang memboking kami periksa sebagai saksi,” ujar AKP Radiant sembari merahasiakan nama pemesan tarian erotis itu.
Dalam pemeriksaan terungkap, untuk memboking dancer di VIP harganya Rp 500.000 per 30 menit. Itu belum termasuk tips dari tamu yang menonton. Rata-rata tiap tamu harus merogoh dompet Rp 100.000 yang ditempelkan ke sembarang tempat di tubuh penari. ”Kalau diberi Rp 50.000 ditempelkan bagian atas, penari protes, lho yang bawah kok belum dikasih,” ujar polisi yang memboking dancer.
Manajer Operasional Meteor One Stop Entertainment, M Arifin SH menjelaskan, Meteor tidak pernah menyediakan tarian striptease atau tarian syahwat atau tarian bugil. ”Itu dilakukan person. Kami tidak pernah menyediakan. Kalau dancer ya, tapi bukan striptease,” tegas M Arifin saat ditemui di mapolwiltabes.
Menurut Arifin, dancer yang didatangkan dari Jakarta itu semata-mata untuk menghibur tamu yang ada di hall. Tarian-tarian yang disajikan di hall hanya tarian biasa dan tidak mempertontonkan kevulgaran tubuh karena dibungkus dengan baju tipis. ”Mereka menari seperti penari pada umumnya. Tidak ada buka-bukaan baju,” ujarnya.
Arifin setiap hari membreafing anak buanya supaya tidak main-main terhadap persoalan yang aneh-aneh. ”Sebagai orang taat hukum, kami tetap menghormati apa yang dilakukan polisi,” jelasnya.
Dikatakan Arifin, dancer yang diboking ke ruang VIP itu masuk manajemen dan tertulis di slip order. Tapi apa yang dilakukan di dalam ruangan, ia mengaku tidak tahu. ”Kan tidak mungkin setiap menit mengontrol seluruh ruangan untuk melihat apa yang dilakukan. Itu kan menyangkut privacy tamu,” jelasnya.mif surya.co.id
Ketika penggerebekan berlangsung, cewek asal Jakarta yang bermukim sementara di Jl Tidar tidak bisa berbuat-apa. Polisi yang dipimpin Kanit Idik III AKP Radiant langsung mengambil foto Astri saat telanjang dan merekam dengan handycam. Tak pelak, suasana langsung berubah dengan teriakan histeris. Astri yang tidak mengenakan sehelai benang di tubuhnya disuruh mengenakan pakaian yang ditanggalkan di lantai itu.
“Memfoto dan merekam adegan saat telanjang semata-mata untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” ujar Kasat Reskrim AKBP Syahardiantono didampingi Kanit Idik III AKP Radiant.
Setelah mengamankan Astri, polisi mencari mami dancer, Tina. Dari pengakuan Tina ada dua dancer lagi, tapi dalam kondisi tidak bekerja. Tina dan tiga dancer masing-masing Astri, Ida, 23, dan Iis, 19, dibawa ke mapolwiltabes untuk diperiksa. Pakaian yang dikenakan Astri seperti BH hitam dan celana dalam warna pink dijadikan barang bukti. Tidak itu saja, polisi juga menyita slip order pemesanan dancer.
Menurut AKP Radiant, penggerebekan yang dilakukan itu setelah polisi mendapat informasi dari masyarakat jika dancer di Meteor bisa diboking untuk menari bugil di kamar VIP. Untuk membuktikan itu, tiga kali polisi datang ke tempat hiburan malam ternama di Surabaya selatan itu. Hasilnya, tidak meleset. Di hari pertama dan kedua, polisi sukses memboking seorang dancer dan menari telanjang di sebuah ruang VIP.
Begitu menginjak hari ketiga, rombongan polisi yang datang, langsung memesan penari bugil lewat seorang karyawan. Ketika memesan, katanya dancer sudah habis dan sekarang lagi menari di VIP 222. Seketika itu, polisi masuk dan menggerebek tarian erotis yang disaksikan beberapa kaum lelaki.
”Lelaki yang memboking kami periksa sebagai saksi,” ujar AKP Radiant sembari merahasiakan nama pemesan tarian erotis itu.
Dalam pemeriksaan terungkap, untuk memboking dancer di VIP harganya Rp 500.000 per 30 menit. Itu belum termasuk tips dari tamu yang menonton. Rata-rata tiap tamu harus merogoh dompet Rp 100.000 yang ditempelkan ke sembarang tempat di tubuh penari. ”Kalau diberi Rp 50.000 ditempelkan bagian atas, penari protes, lho yang bawah kok belum dikasih,” ujar polisi yang memboking dancer.
Manajer Operasional Meteor One Stop Entertainment, M Arifin SH menjelaskan, Meteor tidak pernah menyediakan tarian striptease atau tarian syahwat atau tarian bugil. ”Itu dilakukan person. Kami tidak pernah menyediakan. Kalau dancer ya, tapi bukan striptease,” tegas M Arifin saat ditemui di mapolwiltabes.
Menurut Arifin, dancer yang didatangkan dari Jakarta itu semata-mata untuk menghibur tamu yang ada di hall. Tarian-tarian yang disajikan di hall hanya tarian biasa dan tidak mempertontonkan kevulgaran tubuh karena dibungkus dengan baju tipis. ”Mereka menari seperti penari pada umumnya. Tidak ada buka-bukaan baju,” ujarnya.
Arifin setiap hari membreafing anak buanya supaya tidak main-main terhadap persoalan yang aneh-aneh. ”Sebagai orang taat hukum, kami tetap menghormati apa yang dilakukan polisi,” jelasnya.
Dikatakan Arifin, dancer yang diboking ke ruang VIP itu masuk manajemen dan tertulis di slip order. Tapi apa yang dilakukan di dalam ruangan, ia mengaku tidak tahu. ”Kan tidak mungkin setiap menit mengontrol seluruh ruangan untuk melihat apa yang dilakukan. Itu kan menyangkut privacy tamu,” jelasnya.mif surya.co.id