Kemiskinan Picu Pernikahan Dini

KABUL - Kemiskinan mencekik leher rakyat Afghanistan. Demi mendapatkan imbalan USD744 (Rp7,2 juta) bocah-bocah perempuan di Afghanistan dinikahkan oleh orangtuanya.

Janji Amerika Serikat (AS) untuk membebaskan penderitaan warga Afghanistan belum terbukti. Masih banyak rakyat di sana yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hal itu memicu terjadinya pernikahan dini yang merugikan kaum hawa.

Demi bertahan hidup, praktik pengantin anak-anak sudah mirip seperti perdagangan anak. Farida (bukan nama sebenarnya) mendapatkan imbalan tidak lebih dari Rp7,2 juta atas pernikahan anaknya dengan ayah dari keponakannya yang sudah berumur lebih dari 50 tahun.

Sang anak tentu saja hanya bisa menangis dan menyatakan tidak menyukai suaminya. "Saya tidak ingin menikah. Saya ingin menyelesaikan sekolah," ujar anak perempuan yang tidak bersedia disebutkan namanya itu, seusai menjalani pernikahan secara adat.

Namun, bagi sebagian ibu ibu di Afghanistan, hal itu tidak terlalu menjadi pikiran. Sebab, mereka terpaksa melakukannya demi memenuhi kebutuhan hidup. Farida mengaku sudah tidak mampu lagi membiayai hidup anaknya itu.

Apalagi, di Afghanistan lazim anak-anak perempuan menikah di usia dini meskipun calon suaminya sudah sangat berumur. Karena itu, tidak ada alasan lagi bagi Farida untuk tidak menikahkan anaknya.

"Itu hidupnya dan takdirnya," tutur Farida yang juga menikah di usia yang sangat muda.

Farida dan anaknya tinggal di Desa Wandian, wilayah dataran tinggi Badakhshan, Afghanistan. Mereka adalah potret kehidupan ekonomi minus di pedalaman Afghanistan. Menurut perwakilan Lembaga Independen Badakhshan Fauzia Kofi,angka pernikahan anak meningkat selama dua tahun terakhir.

Kofi percaya praktik pernikahan anak akan berakhir hanya apabila Badakhshan mendapatkan investasi untuk mengurangi angka kemiskinan.

"Saya tidak menyebut itu sebagai pernikahan, melainkan perdagangan anak. Sebab, dengan memberikan sekantung gandum dan dua sapi, kamu sudah bisa mendapatkan anak perempuan berusia 9-10 tahun," ujarnya.

Wakil Gubernur Badakhshan Dr Mohammed Zarif melaporkan, terdapat 60 kasus kematian akibat kedinginan dan kelaparan selama lima bulan terakhir.

Masyarakat Badakhshan juga telah kehilangan 7000 ekor ternaknya akibat salju yang melanda wilayah itu. Di sisi lain, harga pangan di pasar lokal naik dua kali lipat setiap tahun semakin memperparah keadaan. (okezone)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Belajar Bahasa Inggris